Ke manakah akan kucari lagi butir-butir cintaku yang lama kubuang, Apakah pada gelombang lautan atau hiruk pikuk jalanan. Semua sungai ingin kususuri, semua bukit akan kudaki, semua padang belantara akan kutembus, Harus kutemukan lagi sebutir cintaku yang hilang ditelan dusta kemarau panjang. Kapankah akan kudengar lagi nyanyian angin dan denting gitarmu, Apakah pada pancaran rembulan atau tubuh-tubuh panas jalanan. Semua bumi ingin kujejaki, semua langit akan kudaki, semua bintang-bintang akan kutembus. Harusku temukan lagi sebutir cintaku yang hilang Ditelan dusta kemarau panjang.

Senin, 27 Juni 2011

Benarkah begitu...???

Disebutkan, setitik makanan yang haram memberikan efek terhadap kejernihan hati. Ibarat setitik tinta yang jatuh diatas kertas putih, semakin banyak unsur makanan haram yang masuk, ibarat kertas putih yang banyak ternoda tinta. Sedikit demi sedikit akan hitamlah semuanya. Hati yang gelap menutupi hati nurani, menyebabkan tidak peka terhadap nilai-nilai kehidupan yang mulia. Seperti kaca yang kotor oleh debu-debu, sulitlah cahaya menembusnya. Tapi dengan zikir dan menjaga dari makanan yang haram, hati akan menjadi bersih bercahaya. Begitu halnya jika anda menghendaki dijaga oleh para malaikat Allah. Inilah mengapa para ahli Ilmu batin sering menyarankan seorang calon siswa yang ingin suatu ilmu agar memulai suatu pelajaran dengan laku batin seperti puasa. Konon, puasa itu bertujuan menyucikan darah dan daging yang timbul dari makanan yang haram. Dengan kondisi badan yang bersih, diharapkan ilmu batin lebih mampu bersenyawa dengan jiwa dan raga. Bahkan ada suatu keyakinan bahwa puasa tidak terkait dengan suatu ilmu. Fungsinya hanya untuk mempersiapkan wadah yang bersih terhadap ilmu yang akan diwadahinya.